Studio Rekaman Angker: Comeback Musisi Dihantui Entitas Tak Kasat Mata

Oleh VOXBLICK

Selasa, 28 Oktober 2025 - 00.30 WIB
Studio Rekaman Angker: Comeback Musisi Dihantui Entitas Tak Kasat Mata
Misteri studio rekaman angker (Foto oleh David Kouakou)

VOXBLICK.COM - Arthur Vance, nama yang suatu ketika diucapkan dengan nada hormat di panggung-panggung megah, kini hanyalah sebuah bisikan, catatan kaki yang nyaris terlupakan dalam sejarah musik. Bertahun-tahun berlalu sejak album terakhirnya, dan dunia musik telah bergerak maju, meninggalkan bayangan mantan bintang rock itu. Namun, Arthur menolak menyerah. Impiannya akan sebuah comeback epik membakar jiwanya, sebuah ambisi yang membawanya pada sebuah keputusan drastis: membeli sebuah studio rekaman tua, murah, dan terpencil bernama “Echo Chambers”.

Nama itu sendiri seharusnya menjadi sebuah peringatan. Echo Chambers. Ruangan gema. Sebuah tempat di mana suara-suara lama mungkin tidak pernah benar-benar mati. Namun, Arthur, dibutakan oleh hasratnya untuk bangkit, hanya melihat potensi.

Debu tebal menyelimuti konsol analog yang kuno, bau apak kayu tua bercampur dengan sesuatu yang lainsesuatu yang dingin dan asingmengisi udara. Dia membayangkan kembali kejayaan, melodi baru yang lahir dari dinding-dinding ini. Orang lain mungkin melihat sebuah makam, tetapi Arthur melihat sebuah kanvas kosong untuk kebangkitannya.

Hari-hari pertamanya di Echo Chambers dipenuhi dengan harapan. Dia membersihkan, menyetel peralatan, dan menghidupkan kembali mesin-mesin yang telah lama tertidur. Jari-jarinya yang dulu lincah kini menemukan kembali ritmenya di atas senar gitar.

Namun, di tengah euforia awal itu, keanehan pertama muncul. Sebuah bisikan samar melalui monitor, bukan suaranya sendiri. Sebuah derit misterius dari ruang kontrol yang kosong. Arthur menepisnya, menyalahkan bangunan tua itu, angin, atau imajinasinya yang terlalu bersemangat.

Studio Rekaman Angker: Comeback Musisi Dihantui Entitas Tak Kasat Mata
Studio Rekaman Angker: Comeback Musisi Dihantui Entitas Tak Kasat Mata (Foto oleh Meruyert Gonullu)

Gema-Gema Tak Terlihat

Seiring berjalannya waktu, sesi rekaman Arthur berubah menjadi medan perang. Trek gitarnya kadang-kadang memiliki resonansi aneh, hampir seperti eter, yang dia yakin tidak pernah dia mainkan.

Vokalnya, sesekali, akan diiringi harmoni yang samar dan mengerikansebuah suara yang bukan miliknya, sebuah melodi yang tidak ada dalam aransemennya. Dia mencoba mengisolasi trek, bingung. Bahkan seorang asisten muda yang dia sewa, seorang mahasiswa audio bernama Lena, sering terlihat pucat, mengklaim mendengar hal-hal aneh. "Mungkin studio rekaman angker ini punya cerita sendiri," gumam Arthur, berusaha menertawakannya, tetapi kata-kata itu terasa berat, menekan.

Kejadian tak terduga semakin intensif. Mikrofon akan bergeser sendiri. Pintu akan berderit menutup padahal tidak ada angin. Suhu di dalam bilik vokal akan turun drastis tanpa peringatan, membuat napasnya terlihat seperti uap di udara dingin.

Arthur mulai merasakan kehadiran yang tak terbantahkan, sepasang mata tak terlihat yang mengawasinya setiap gerakan, terutama saat dia hendak mencapai nada sempurna. Ini bukan lagi masalah peralatan yang rusak ini adalah intervensi langsung dari sebuah entitas tak kasat mata.

Ketika Musik Menjadi Medium

Entitas itu mulai berinteraksi langsung dengan musiknya. Terkadang, rasanya seperti seorang muse yang gelap, menambahkan lapisan kedalaman atau kegelapan pada komposisinya yang tidak bisa dia capai sendiri.

Namun, di lain waktu, itu adalah sabotase murni: file musik terhapus, trek terdistorsi, atau pemutaran ulang terdengar seperti hiruk pikuk jeritan yang menyayat hati. Arthur kehilangan tidur, matanya merah dan cekung. Comeback-nya memang terjadi, tetapi bukan dengan caranya sendiri. Dia merasa seperti sedang digunakan, sebuah boneka di atas panggung yang tidak dia pilih. Studio itu, yang dulunya adalah tempat perlindungannya, kini terasa seperti sangkar.

Dia mencoba untuk mengabaikan, berpikir itu adalah kelelahan atau stres.

Tetapi bagaimana dia bisa menjelaskan melodi yang muncul entah dari mana, melilit aransemennya seperti ular? Bagaimana dia bisa menjelaskan suara-suara aneh yang kadang-kadang terdengar jelas di telinganya, memanggil namanya dengan nada datar yang mengerikan? Studio Echo Chambers memang memiliki gema, tetapi gema ini adalah gema dari masa lalu yang gelap, dan kini ia menuntut bagiannya dari Arthur.

Duet Bersama Kegelapan

Suatu malam, larut dalam balada melankolis yang ia ciptakan, lampu-lampu studio berkedip-kedip dengan hebat. Konsol rekaman berderak. Hawa dingin menyapu ruangan, meskipun semua jendela dan pintu tertutup rapat.

Kemudian, dari speaker yang sedang memutar lagunya, sebuah suara muncul. Bukan bisikan, melainkan nada yang jelas dan beresonansi, berlapis dengan suaranya sendiri. Suara itu ikut bernyanyi, tidak hanya mengharmonisasi, tetapi juga memutarbalikkan liriknya, mengubahnya menjadi ratapan keputusasaan. "Kau takkan pernah pergi," suara itu bernyanyi, "ini rumahmu sekarang."

Arthur tersentak mundur, menjatuhkan kursinya. Dia melihatnya kemudian, bayangan sekilas di pantulan kaca ruang kontrol, samar-samar menyerupai manusia, tetapi memanjang, terdistorsi. Matanya, dua titik cahaya beku, terpaku padanya.

Ini bukan hanya sebuah studio rekaman angker ini adalah penjara yang hidup.

Melodi Abadi di Studio Angker

Dia mencoba berlari, tetapi pintu membanting menutup, terkunci. Lampu studio padam, menjerumuskannya ke dalam kegelapan mutlak, kecuali lampu merah perekaman yang menyala di konsol, berdenyut secara ritmis, seperti detak jantung.

Suara itu, kini diperkuat, memenuhi setiap sudut ruangan, menyanyikan lagunya, tetapi itu bukan lagi suaranya. Itu adalah suara mereka. Dan saat nada terakhir memudar, digantikan oleh keheningan yang mengganggu, Arthur tahu. Comeback-nya telah selesai.

Dia adalah bagian dari studio itu sekarang, gema lain di dinding-dindingnya yang berhantu, selamanya terikat pada suara-suara aneh dan kejadian tak terduga yang akan menghantui jiwa malang berikutnya yang mencari kebangkitan mereka sendiri di studio

rekaman angker ini. Hal terakhir yang dia dengar sebelum kegelapan sepenuhnya menelannya adalah suara samar dan dingin dari melodi baru yang sedang direkam, sebuah duet keputusasaan, menunggu audiensnya berikutnya.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0