Tombol Ekstra di Liftku: Jangan Tekan Jika Tak Ingin Hilang
VOXBLICK.COM - Hampir dua tahun aku tinggal di Apartemen Cendana, sebuah bangunan tua dengan sejarah yang katanya lebih panjang dari usianya. Aku sudah terbiasa dengan suara-suara aneh di malam hari, kerlap-kerlip lampu di lorong, bahkan aroma lembap yang tak pernah hilang. Tapi ada satu hal yang baru kutemukan, dan itu mengubah segalanya: sebuah tombol ekstra di liftku.
Awalnya, aku tidak menyadarinya. Lift itu selalu berfungsi normal, membawa penghuni dari satu lantai ke lantai lain. Namun, suatu sore yang mendung, saat aku pulang kerja dengan pikiran kalut, mataku menangkap sesuatu yang ganjil.
Di antara deretan tombol angka yang rapi1 hingga 12terselip satu tombol kecil, tanpa label, berwarna keperakan yang sedikit kusam. Tombol itu tampak seperti ditambahkan belakangan, seolah ia tak seharusnya ada di sana. Jantungku berdebar aneh. Sebuah tombol aneh di lift bangunan yang selama ini kuanggap biasa.
Bisikan Rasa Penasaran
Beberapa hari berikutnya, tombol itu terus menghantuiku. Setiap kali aku masuk lift, mataku pasti tertuju padanya. Aku mencoba bertanya pada beberapa tetangga, mulai dari Bu RT yang cerewet hingga satpam yang sudah puluhan tahun bekerja di sana.
Tak ada yang tahu menahu tentang tombol itu. "Tombol apa, Mas? Lift kita kan biasa-biasa saja," kata Pak Budi, satpam yang selalu ramah, dengan kening berkerut. Respons mereka justru semakin mengobarkan rasa penasaranku. Apa fungsi tombol ini? Mengapa tak ada yang menyadarinya? Apakah aku satu-satunya yang melihatnya?
Rasa ingin tahu bercampur sedikit ketakutan mulai merayap. Aku tahu, ada desas-desus tentang lift-lift tua yang terkadang memiliki fungsi tersembunyi, atau bahkan membawa penumpangnya ke tempat yang tidak seharusnya.
Tapi itu hanya cerita, kan? Urban legend yang diceritakan untuk menakut-nakuti anak-anak. Namun, keberadaan tombol ekstra ini terasa terlalu nyata untuk diabaikan. Aku mulai membayangkan skenario-skenario mengerikan, tentang bagaimana satu sentuhan saja bisa membawaku pada pengalaman mengerikan, ke dunia yang tak terbayangkan.
Sebuah Keputusan Nekat
Suatu malam, setelah seharian penuh memikirkan tombol itu, aku tidak tahan lagi. Malam itu, apartemen terasa lebih sepi dari biasanya. Hujan turun rintik-rintik, membasahi jendela kamarku. Aku memutuskan untuk mencoba.
Aku tahu aku tidak seharusnya, bahwa ada peringatan tak terlihat yang berbisik di benakku: "Jangan tekan jika tak ingin hilang selamanya." Tapi dorongan itu terlalu kuat. Dengan langkah mantap, aku menuju lift.
Pintu lift terbuka dengan desisan pelan. Aku masuk, sendirian. Aroma logam dan sedikit bau apek menyambutku. Aku menekan tombol lantai tempat tinggalku, lantai 7, lalu jemariku perlahan bergerak ke arah tombol tanpa label itu.
Hatiku berdegup kencang, seolah akan melompat keluar dari rongga dada. Aku menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata sesaat, lalu menekannya.
Tidak ada bunyi "ding" seperti biasa. Tidak ada gerakan naik atau turun yang terasa. Hanya keheningan yang mencekam. Lampu di dalam lift mulai berkedip-kedip, lalu padam sepenuhnya, meninggalkan aku dalam kegelapan total.
Detik-detik berlalu terasa seperti jam. Panik mulai menyerang. Aku mencoba menekan tombol darurat, tapi tidak ada respons. Kemudian, dengan sentakan tiba-tiba, lift itu mulai bergerak.
Gerbang ke yang Tak Terbayangkan
Gerakannya berbeda. Bukan mulus seperti biasa, melainkan seperti meluncur bebas, lalu berbelok tajam di sudut yang mustahil. Aku terhuyung, berpegangan pada dinding lift yang dingin.
Suara gesekan logam yang memekakkan telinga memenuhi ruang sempit itu. Lalu, secepat kilat, gerakan itu berhenti. Lampu kembali menyala, tapi redup, memancarkan cahaya kekuningan yang sakit-sakitan.
Pintu lift terbuka. Aku melihat keluar, dan napas tertahan di tenggorokanku. Ini bukan lorong lantai 7. Ini bukan lorong apartemenku sama sekali. Dinding-dindingnya terbuat dari batu bata yang lembap, diselimuti lumut.
Udara dingin menusuk tulang, membawa serta aroma tanah basah dan sesuatu yang busuk. Di kejauhan, aku bisa mendengar suara tetesan air dan bisikan-bisikan samar yang tak bisa kumengerti. Lorong itu gelap, tak ada lampu, hanya siluet-siluet bayangan yang menari-nari di dinding.
Aku mencoba menekan tombol "tutup pintu", tapi tidak berfungsi. Pintu lift tetap terbuka, menganga seperti mulut gua, mengundangku untuk melangkah keluar. Rasa takut yang begitu murni mencengkeramku.
Aku menyadari, aku telah melakukan kesalahan fatal. Tombol ekstra itu benar-benar membuka gerbang ke dunia yang tak terbayangkan, sebuah tempat di mana aku tak seharusnya berada. Aku melihat ke bawah, kakiku gemetar, dan di lantai lorong yang kotor, aku melihat jejak kaki yang sangat besar, mengarah ke kegelapan.
Sebuah suara serak, seolah dari tenggorokan yang tercekat ribuan tahun, memanggil namaku dari balik bayangan. "Datanglah..."
Apa Reaksi Anda?
Suka
0
Tidak Suka
0
Cinta
0
Lucu
0
Marah
0
Sedih
0
Wow
0