Jangan Sebut Pria di Basement Kisah Menegangkan Babysitter Malam Itu

Oleh VOXBLICK

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 04.40 WIB
Jangan Sebut Pria di Basement Kisah Menegangkan Babysitter Malam Itu
Babysitter dan basement misterius (Foto oleh ly)
<>

VOXBLICK.COM - Malam itu, hujan turun perlahan, mengetuk jendela kamar seperti jemari-jemari dingin mencari jalan masuk. Aku baru saja duduk di sofa ruang tamu, menggulir ponsel sembari mengawasi dua anak kecil yang sudah nyaris terlelap. Pekerjaan sebagai babysitter biasanya penuh rutinitas membosankan, tapi suasana rumah keluarga Wibowo malam itu terasa berbedaterlalu sepi, terlalu dingin. Padahal, jam masih menunjukkan pukul sembilan.

Ketika suara ketukan samar terdengar dari arah basement, bulu kudukku meremang seketika. Aku menoleh, berharap hanya imajinasiku yang berlebihan. Tapi suara itu terdengar lagi, seperti sesuatu yang berat diseret perlahan di bawah lantai kayu.

Jangan Sebut Pria di Basement Kisah Menegangkan Babysitter Malam Itu
Jangan Sebut Pria di Basement Kisah Menegangkan Babysitter Malam Itu (Foto oleh Jenkin Shen)

Peringatan Tak Terduga

Lampu di lorong tiba-tiba berpendar, lalu padam. Sisa cahaya dari ruang tamu membuat bayangan-bayangan aneh menari di dinding. Aku berusaha menenangkan diri, mencoba meyakinkan bahwa ini hanya gangguan listrik biasa.

Tapi, tepat saat aku ingin mengambil senter, ponselku bergetar. Pesan dari Ibu Wibowo muncul, hanya satu kalimat:

  • “Jangan pernah buka pintu basement, apa pun yang terjadi.”

Pesan itu membuat jantungku berdegup semakin cepat. Aku mengintip ke lorong, menahan napas. Pintu basement di ujung sana tampak lebih gelap dari biasanya, seolah-olah menyerap seluruh cahaya di sekitarnya.

Suara dari Bawah Tanah

Suara ketukan berubah menjadi bisikan lirih, seperti seseorang yang memanggil pelan dari bawah tanah. Aku mendekat, tak mampu menahan rasa penasaran meski rasa takut menjerat langkahku.

Dari balik celah pintu, aku mendengar suara laki-laki:

  • “Tolong… keluarkan aku…”
  • “Aku kedinginan di sini…”
  • “Jangan biarkan mereka tahu…”

Suaranya serak, penuh keputusasaan. Aku terpaku, mencoba mengingat setiap peringatan yang pernah kudengar soal rumah tua ini. Namun, suara itu semakin mendesak, diiringi bunyi kuku menggores kayu dari balik pintu.

Malam Semakin Mencekam

Ketakutanku memuncak ketika suara langkah kaki berat mulai terdengar menaiki tangga basement. Aku mundur perlahan, napasku memburu. Tiba-tiba, lampu lorong menyala sendiri, menyorot pintu basement yang kini bergetar hebat.

Anak-anak yang tadi tidur, terbangun dan menangis. Aku memeluk mereka, mencoba menenangkan, sembari menatap pintu itu. Di sela-sela suara tangisan, terdengar suara mengerang, seperti seseorang berusaha menahan luka yang dalam.

Aku tahu, apapun yang ada di balik pintu itu, bukan manusia biasa. Tapi suara itumemohon, merintihmemanggil namaku dengan sangat jelas.

Keputusan yang Fatal

Aku harus memilih: mengabaikan suara yang terus memohon, atau membuka pintu basement seperti yang dilarang. Tangan gemetar, aku meraih gagang pintu. Suara-suara di belakangkuanak-anak yang ketakutanmembuatku semakin ragu.

Tapi bisikan itu… kini terdengar seperti suara ayahku sendiri, memohon agar aku menolongnya.

Sambil menahan air mata, aku menekan gagang pintu. Angin dingin menerpa wajahku, aroma tanah basah dan besi tua memenuhi hidung. Tangga menurun ke kegelapan, dan di bawah sana, dua mata merah menyala menatapku, penuh dendam dan lapar.

Seketika, pintu menutup sendiri di belakangku. Anak-anak berteriak, tanganku terulur, namun sesuatu menarikku ke bawahke dalam kegelapan basement yang tak pernah boleh disebutkan.

Malam itu, aku menyadari satu hal: beberapa pintu memang seharusnya tak pernah dibuka. Tapi kini, aku di sinibersama pria di basementmenunggu babysitter berikutnya yang berani mengabaikan peringatan.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0