Misteri Mencekam di Hutan Milik Paman yang Terlupakan

Oleh VOXBLICK

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 01.20 WIB
Misteri Mencekam di Hutan Milik Paman yang Terlupakan
Hutan milik paman yang angker (Foto oleh Mike Ralph)

VOXBLICK.COM - Malam itu, suara jangkrik terdengar lebih nyaring daripada biasanya. Aku berdiri di ambang pintu rumah paman di pinggir desa, mataku terpaku pada deretan pepohonan gelap yang membatasi lahan miliknya. Ada sesuatu tentang hutan itusesuatu yang membuat bulu kudukku meremang sejak aku tiba dua hari lalu. Paman sering bercerita tentang hutan miliknya yang “terlupakan”, tapi selalu menghindari topik itu jika malam mulai larut.

Sore tadi, paman pergi ke kota untuk urusan mendadak, meninggalkanku sendirian di rumah tua itu. Rasa ingin tahu mengalahkan rasa takutku. Menggenggam senter tua dan jaket tipis, aku melangkah ke arah hutan.

Setiap langkahku di atas ranting kering terdengar seperti peringatan. Namun, rasa penasaran mendorongku lebih dalam ke antara pepohonan rimbun yang seolah berbisik.

Misteri Mencekam di Hutan Milik Paman yang Terlupakan
Misteri Mencekam di Hutan Milik Paman yang Terlupakan (Foto oleh Dang vu hai)

Bisikan dalam Kegelapan

Ketika matahari tenggelam sepenuhnya, hutan berubah menjadi labirin bayangan. Aku berjalan menyusuri jalur samar, diterangi cahaya senter yang bergetar. Udara di sekitarku terasa berat, seperti ada sesuatu yang mengintai di balik semak.

Tiba-tiba, aku mendengar suara lirihseperti gumaman samar dalam bahasa yang tak kupahami. Langkahku terhenti. Aku menoleh, mencoba mencari sumber suara. Tidak ada siapa-siapa, hanya pohon-pohon tua yang berdiri membisu.

Aku mencoba meyakinkan diri, mungkin itu hanya angin. Tapi suara itu muncul lagi, kali ini lebih jelas, lebih dekat. Bulir-bulir keringat dingin mengalir di pelipisku.

“Siapa di sana?” tanyaku dengan suara gemetar, tapi hanya gema suaraku sendiri yang kembali.

Jejak Tak Kasat Mata

Aku melangkah lebih jauh, dan tiba-tiba senterku meredup. Di depanku, samar-samar kulihat jejak kaki di tanah basahjejak aneh, terlalu besar untuk manusia, terlalu rapi untuk hewan. Aku berjongkok, mencoba memperhatikan.

Jejak itu mengarah ke sebuah pohon tua yang tumbuh terpisah dari yang lain. Kulit pohonnya menghitam, seolah terbakar, dan di batangnya tergurat simbol aneh.

  • Udara di sekitarnya terasa lebih dingin dari bagian hutan lain.
  • Daun-daun di bawah pohon itu membusuk lebih cepat.
  • Terdengar suara napas berat, seperti makhluk besar sedang menunggu.

Sejenak aku terpaku, tubuhku terasa kaku. Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul sosok bayangan tinggi. Matanya merah menyala, tangannya panjang menjuntai nyaris menyentuh tanah. Aku ingin berlari, tapi kakiku tak mau bergerak.

Tak Ada Jalan Pulang

Sosok itu mendekat perlahan. Setiap langkahnya menimbulkan suara berderak, ranting dan daun seolah tunduk di bawah kakinya. Aku berusaha menjerit, tapi suaraku tercekat di tenggorokan.

Makhluk itu berhenti tepat di depanku, napasnya menghembuskan bau tanah dan darah. Ia menunduk, menatapku dalam-dalam, lalu berbisik dengan suara serak, “Mengapa kau datang ke sini...?”

Tanganku gemetar hebat memegang senter yang nyaris mati. Dalam kepanikan, aku menunduk, berharap bisa merangkak menjauh. Tapi saat aku mendongak lagi, makhluk itu sudah lenyap. Hutan kembali sunyi, seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Namun, ketika aku berbalik mencari jalan pulang, aku tidak mengenali apapun. Setiap pohon tampak sama, setiap jalur hilang, dan hanya kegelapan yang tersisa.

Bayangan yang Mengintai

Aku berjalan tanpa arah, jantungku berpacu. Setiap kali aku berhenti, aku merasakan tatapan dari balik semak, napas hangat seolah menempel di tengkukku. Terdengar tawa kecil, menggema di antara batang pohon.

Aku tahu aku tidak sendirian, tapi aku juga tahumakhluk itu belum selesai denganku.

Suara langkah kaki mengikuti, kadang-kadang berhenti saat aku berhenti. Aku berlari, tersandung akar, terjatuh, lalu bangkit lagi. Dalam keputusasaan, aku menjerit memanggil nama paman, berharap ada jawaban.

Namun hanya bisikan dan tawa yang menjawab. Senterku padam total. Aku sendiri, di tengah hutan milik paman yang terlupakan, ditemani kegelapan dan sesuatu yang tak pernah ingin kutemui.

Saat fajar mulai menyingsing, samar-samar kulihat cahaya di kejauhan. Aku berlari ke arah itu, berharap itu jalan keluar. Tapi saat aku mendekat, aku menyadariitu hanyalah lingkaran pohon tua, penuh simbol aneh, sama seperti tadi malam.

Dan di tengah lingkaran, sosok itu berdiri menungguku, matanya menyala lebih merah dari sebelumnya.

Aku ingin berteriak, tapi dunia seolah terhisap ke dalam diam. Dan malam itu, di hutan milik paman yang terlupakan, aku akhirnya mengerti mengapa tak seorang pun berani masuk ke sana setelah gelap.

Tapi, apakah aku pernah benar-benar keluar dari hutan itu?

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0