Janji Ibu Terakhir Malaikat Pelindungku Menjelma Teror Mengerikan
VOXBLICK.COM - Napas terakhir Ibu berembus, membawa serta sebagian jiwaku. Di ranjang rumah sakit yang dingin, dengan tangan gemetar menggenggam tanganku, ia berbisik, janji terakhir yang seharusnya menenangkan. "Jangan takut, Nak. Ibu akan selalu bersamamu. Malaikat pelindungku akan menjagamu, menggantikan Ibu." Suaranya serak, namun sorot matanya penuh keyakinan. Aku memercayainya. Di tengah duka yang menganga, janji itu adalah satu-satunya penopang yang kumiliki. Sebuah harapan kecil bahwa aku tidak akan sepenuhnya sendiri, bahwa ada pelindung tak kasat mata yang akan melindungiku dari kerasnya dunia.
Beberapa hari setelah pemakaman, kesunyian rumah terasa menusuk. Setiap sudut seolah menyimpan kenangan Ibu, namun kini diselimuti aura kosong yang menakutkan.
Aku mencoba mencari kenyamanan dalam janji Ibu, membayangkan sosok bersayap, bercahaya, yang mengawasiku dari jauh. Namun, keheningan itu mulai dipecah oleh hal-hal aneh. Sebuah bayangan melintas di sudut mata, dingin yang menusuk tulang di ruangan yang hangat, dan perasaan intens diawasi, seolah ada sepasang mata tak terlihat yang tak pernah berkedip. Ini bukan gambaran malaikat yang kubayangkan. Ini adalah sesuatu yang lain, sesuatu yang membuat bulu kudukku berdiri.
Bayangan yang Mengintai
Mulanya, aku mengira itu hanya efek dari stres dan kesedihan. Otakku bermain-main, menciptakan ilusi dari kekosongan. Tapi tidak.
Bayangan itu semakin sering muncul, tidak lagi hanya di sudut mata, melainkan melintas terang-terangan di lorong, di ambang pintu kamarku. Bentuknya tidak jelas, seperti gumpalan asap hitam pekat yang bergerak dengan kecepatan yang mustahil. Suhu ruangan akan anjlok drastis setiap kali ia lewat, meninggalkan jejak dingin yang merayap di kulit. Aku mulai tidur dengan lampu menyala, namun kegelapan di luar jendela terasa lebih pekat, seolah ada sesuatu yang bersembunyi di sana, menungguku lengah. Janji Ibu Terakhir tentang malaikat pelindungku kini terasa seperti sebuah jebakan, sebuah pintu yang terbuka untuk sesuatu yang mengerikan.
Bisikan dari Kegelapan
Kengerian itu meningkat. Aku mulai mendengar bisikan. Awalnya samar, seperti desiran angin melewati dedaunan, namun lama-kelamaan menjadi lebih jelas. Sebuah suara rendah, berdesis, yang seolah memanggil namaku.
Bukan dengan kehangatan, melainkan dengan nada yang mengancam, seperti predator yang mengunci mangsanya. Aku mencoba mengabaikannya, menyumpal telinga dengan musik atau berbicara keras pada diriku sendiri. Namun, suara itu menembus segalanya, beresonansi langsung di benakku. Aku merasa seperti ada entitas mengerikan yang merangkak masuk ke dalam pikiranku, meracuni setiap sudutnya dengan ketakutan. Setiap malam adalah perjuangan melawan bisikan dan bayangan yang terus-menerus mengawasiku. Aku mulai ragu, apa sebenarnya yang ibuku panggil?
Manifestasi yang Menjelma Teror
Suatu malam, aku terbangun oleh suara pecahan. Jantungku berdebar kencang. Di ruang tamu, vas bunga kesayangan Ibu tergeletak pecah berserakan di lantai. Tidak ada angin, tidak ada getaran. Hanya keheningan yang mencekam. Lalu aku melihatnya.
Tidak lagi hanya bayangan, tapi sebuah wujud yang lebih solid, berdiri di ambang pintu dapur. Bentuknya tinggi, kurus, seperti siluet manusia yang terlalu panjang dan terlalu tipis, dengan anggota tubuh yang tidak proporsional. Matanya, jika itu memang mata, adalah dua lubang hitam pekat yang menatapku tanpa ekspresi. Tidak ada sayap, tidak ada cahaya. Hanya kegelapan yang menyelimuti, dan aura dingin yang mematikan. Ini bukan malaikat. Ini adalah teror mengerikan yang nyata.
Kini, setiap sudut rumah adalah penjara. Aku tidak berani keluar, takut akan apa yang mungkin menungguku di luar, dan lebih takut lagi meninggalkan rumah ini, seolah entitas itu akan mengikutiku ke mana pun aku pergi.
Aku terjebak, hidup dalam bayang-bayang sosok yang terus mengawasiku, siang dan malam. Tidur adalah kemewahan yang tak lagi kumiliki, karena setiap kali aku memejamkan mata, aku bisa merasakan kehadirannya di samping ranjang, napasnya yang dingin menyapu wajahku. Aku mencoba mencari tahu, membaca buku-buku lama Ibu, mencari petunjuk tentang janji itu. Apa yang sebenarnya ia lakukan? Ritual apa yang ia jalani? Apa yang ia panggil untuk menjagaku?
Pagi ini, aku menemukan sebuah catatan kecil terselip di bawah bantal Ibu. Tulisan tangannya yang khas, namun isinya membuat darahku membeku. "Aku tahu kau takut, Nak. Tapi ini satu-satunya cara. Dia akan menjagamu... selamanya.
" Di bawahnya, ada sebuah sketsa kasar. Bukan gambar malaikat, melainkan sesosok makhluk dengan tanduk kecil dan mata yang kosong, memegang sebuah rantai yang melilit pergelangan tangan seorang anak kecil. Aku menatap sketsa itu, lalu ke arah sudut kamar yang gelap, tempat biasanya bayangan itu berdiri. Aku mulai mengerti. Janji Ibu Terakhir bukanlah tentang malaikat pelindung, melainkan tentang perjanjian gelap. Dan aku, aku adalah bagian dari janji itu. Aku adalah orang yang harus dijaga. Selamanya. Teror mengerikan ini tidak akan pernah berakhir.
Apa Reaksi Anda?
Suka
0
Tidak Suka
0
Cinta
0
Lucu
0
Marah
0
Sedih
0
Wow
0