Kisah Horor Aku Tak Sama Sejak Lewati Lampu Jalan Rusak Itu
VOXBLICK.COM - Malam itu, hujan gerimis tipis membasahi jalanan kota yang sudah sepi. Jarum jam di dashboard mobilku menunjukkan pukul dua dini hari. Aku baru saja pulang dari shift malam yang panjang, kelelahan merayap di setiap sendi. Jalur pulangku selalu sama, melewati deretan toko yang sudah tutup dan beberapa gang sempit. Tapi ada satu titik yang selalu membuatku sedikit bergidik, bahkan di siang hari: sebuah lampu jalan tua di persimpangan jalan Dahlia, yang sejak berminggu-minggu lalu tak pernah berfungsi sempurna. Cahayanya berkedip-kedip, kadang mati total, menciptakan bayangan aneh yang menari-nari seperti hantu di dinding bangunan sekitarnya.
Malam itu, entah mengapa, suasana terasa lebih pekat dari biasanya. Dingin menusuk tulang, dan radio mobilku tiba-tiba berdesir, suaranya menghilang digantikan oleh statis yang menyeramkan.
Jantungku berdebar lebih cepat saat aku mendekati persimpangan itu. Lampu jalan yang rusak itu, seperti biasa, berkedip lemah. Namun, kali ini, saat mobilku tepat di bawahnya, ia tidak hanya berkedip. Ia padam total, dan dalam kegelapan sesaat yang pekat itu, aku bersumpah melihat sebuah siluet, tinggi dan kurus, berdiri tepat di tengah jalan. Siluet itu tidak bergerak, hanya menatap kosong ke arahku. Aku membanting setir, hampir menabrak tiang telepon, dan saat aku menoleh lagi, lampu itu kembali menyala, memuntahkan cahaya remang-remang yang kini terasa menakutkan. Tidak ada siapa-siapa.
Aku memacu mobilku secepat mungkin, napas memburu. Keringat dingin membasahi punggungku. Perasaan aneh mulai merayap, seperti ada sesuatu yang menempel, mengikuti di kursi belakang.
Aku terus melihat ke kaca spion, tapi yang kulihat hanyalah kegelapan dan pantulan wajahku yang pucat. Aku mencoba meyakinkan diri bahwa itu hanya halusinasi, efek kelelahan dan imajinasi liar karena cerita-cerita seram yang sering kudengar tentang persimpangan lampu jalan rusak itu.
Namun, begitu aku sampai di rumah, perasaan itu tidak hilang. Justru semakin kuat. Udara di kamarku terasa dingin, padahal AC tidak menyala.
Aku tak bisa tidur nyenyak malam itu, dihantui oleh bayangan tak kasat mata yang seolah menari di sudut penglihatanku setiap kali aku menutup mata.
Bisikan di Telinga Malam
Hari-hari berikutnya adalah neraka. Aku mulai mendengar bisikan. Awalnya samar, seperti angin yang melewati celah jendela, tapi lama-kelamaan menjadi lebih jelas, kadang memanggil namaku.
Aku sering merasa seperti ada yang menyentuh bahuku, namun saat menoleh, tidak ada siapa-siapa. Pantulan diriku di cermin kadang terlihat berbeda, ada ekspresi asing di mata itu, bukan ekspresiku. Aku tahu, ada yang salah. Aku tahu, aku tak sama sejak melewati lampu jalan rusak itu.
Bayangan yang Menari di Sudut Mata
Bayangan-bayangan itu semakin sering muncul. Di pojok ruangan, di balik tirai, bahkan di sela-sela keramaian orang di kantor. Mereka tipis, hampir transparan, namun cukup nyata untuk membuat bulu kudukku merinding.
Aku mencoba berbicara dengan teman-temanku, tapi mereka hanya menertawakanku, menganggap aku terlalu banyak begadang atau stres. Bagaimana aku bisa menjelaskan bahwa aku tak sama sejak melewati lampu jalan rusak itu? Bahwa ada sesuatu yang mengikutiku pulang? Sesuatu yang kini menjadi bagian dari setiap detik hidupku, sebuah bayangan tak kasat mata yang tak bisa kusingkirkan.
Suatu malam, saat aku sedang menonton televisi, lampu di ruang tamu berkedip-kedip, persis seperti lampu jalan itu. Televisi mati. Gelap gulita.
Aku bisa merasakan napas dingin di tengkukku, dan aroma tanah basah bercampur bau anyir yang menusuk hidung. Jantungku berdetak kencang, nyaris meledak. Aku tidak berani bergerak. Lalu, dari sudut ruangan, aku melihatnya dengan jelas: sebuah bayangan hitam pekat, lebih solid dari sebelumnya, berdiri tegak. Matanya merah menyala, menatapku. Aku hanya bisa memejamkan mata, berharap semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir.
Perubahan dalam Diriku
Bukan hanya itu. Aku mulai merasakan perubahan dalam diriku sendiri. Emosiku menjadi lebih labil, mudah marah, mudah takut. Aku sering merasa lelah, seolah energiku terkuras. Teman-teman mulai menjauh, menganggapku aneh.
Aku melihat diriku di cermin, dan seringkali, ekspresi yang kulihat bukan lagi diriku yang dulu. Ada kekosongan, kedinginan, bahkan seringai tipis yang bukan milikku. Aku mencoba melawan, berteriak, tapi suara itu seolah tertahan di tenggorokanku. Aku merasa terjebak, terperangkap dalam tubuhku sendiri. Aku tak bisa lagi mengenali siapa diriku yang sebenarnya, atau siapa yang kini mendiami tubuh ini.
Pernahkah kamu merasa seperti ada penumpang gelap di dalam dirimu? Aku merasakannya setiap hari, setiap jam. Lampu jalan rusak itu, entah apa yang disembunyikannya, telah mengubahku.
Aku tidak tahu apa yang kurasakan itu nyata atau hanya kegilaan yang mulai merasukiku. Yang jelas, aku tak sama sejak malam itu. Malam di mana aku melewati cahaya remang yang mengundang petaka. Malam di mana bayangan tak kasat mata itu menemukan jalannya masuk ke dalam hidupku. Dan sekarang, saat aku menulis ini, aku bisa merasakan keberadaannya di belakangku, napas dinginnya menyapu leherku, dan bisikan itu semakin jelas, memanggil namaku, bukan untukku, tapi untuknya. Aku menoleh perlahan, dan di cermin di hadapanku, bukan lagi aku yang kutemukan, tapi sepasang mata merah yang tersenyum sinis. Dia telah mengambil alih. Dan aku hanya bisa menjadi penonton di tubuhku sendiri.
Apa Reaksi Anda?
Suka
0
Tidak Suka
0
Cinta
0
Lucu
0
Marah
0
Sedih
0
Wow
0