Menguak Tabir Gelap Ritual Pemanggilan Arwah Media Mantra dan Bahayanya

Oleh VOXBLICK

Selasa, 09 September 2025 - 00.20 WIB
Menguak Tabir Gelap Ritual Pemanggilan Arwah Media Mantra dan Bahayanya
Ritual pemanggilan arwah dan risikonya (Foto oleh Sherwin Sam di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Keingintahuan manusia terhadap apa yang ada di balik tabir kematian adalah sebuah obsesi abadi. Di tengah remang cahaya lilin, di keheningan malam yang pekat, bisikan tentang dunia lain selalu menemukan jalannya.

Dari sinilah lahir berbagai praktik dan legenda urban mengenai ritual pemanggilan arwah, sebuah upaya nekat untuk menjembatani dunia orang hidup dan orang mati. Praktik ini, yang sering kali dianggap sebagai permainan iseng oleh sebagian orang, sebenarnya memiliki akar sejarah yang dalam dan konsekuensi yang tidak bisa dianggap remeh.

Kisah-kisah yang beredar bukan hanya sekadar cerita pengantar tidur, melainkan cerminan dari pencarian, ketakutan, dan harapan manusia akan kehidupan setelah kematian.

Jejak Sejarah Komunikasi Dunia Lain Dari Tradisi Kuno Hingga Pop Culture

Jauh sebelum papan Ouija menjadi ikon horor di layar lebar, praktik berkomunikasi dengan roh telah menjadi bagian dari berbagai peradaban kuno.

Di Mesir Kuno, para pendeta melakukan ritual rumit untuk berkonsultasi dengan arwah para firaun. Di Yunani, Oracle di Delphi diyakini menyampaikan pesan dari para dewa dan roh. Praktik-praktik ini bukanlah permainan, melainkan bagian sakral dari sistem kepercayaan dan sosial mereka. Tujuannya beragam, mulai dari mencari nasihat, meramalkan masa depan, hingga sekadar memastikan arwah leluhur bersemayam dengan tenang.

Ini adalah bentuk awal dari sebuah cara memanggil arwah yang sangat terstruktur. Memasuki abad ke-19, fenomena ini meledak di dunia Barat melalui gerakan Spiritisme. Gerakan ini memformalkan ritual pemanggilan arwah menjadi sesi-sesi yang disebut 'séance'. Orang-orang berkumpul di ruangan gelap, berpegangan tangan, dan menunggu seorang medium menjadi perantara pesan dari dunia arwah.

Popularitas Spiritisme meroket, terutama setelah perang besar yang merenggut banyak nyawa, di mana banyak keluarga yang berduka mencari cara untuk mengucapkan selamat tinggal terakhir. Dari sinilah berbagai media pemanggil arwah modern mulai dikembangkan, termasuk papan bicara yang kemudian dipatenkan dan dipasarkan secara massal sebagai papan Ouija. Seiring waktu, apa yang dulunya sakral bergeser menjadi profan.

Ritual pemanggilan arwah bertransformasi dari upacara spiritual menjadi hiburan yang menegangkan dan bahan utama legenda urban. Film, buku, dan acara televisi mengemas ulang praktik ini, menyoroti sisi misterius dan berbahayanya. Akibatnya, generasi baru mulai mencoba-coba, sering kali tanpa memahami sepenuhnya sejarah, simbolisme, dan potensi risiko pemanggilan arwah yang mereka lakukan.

Media Pemanggil Arwah Jembatan Antara Dua Dimensi

Untuk melakukan ritual pemanggilan arwah, para praktisi percaya bahwa diperlukan sebuah 'jembatan' atau medium. Benda-benda ini diyakini berfungsi sebagai fokus energi atau saluran komunikasi. Setiap media memiliki metode, sejarah, dan tingkat risikonya sendiri.

Boneka dan Benda Personal

Benda yang paling sering diasosiasikan dengan roh adalah boneka.

Dianggap sebagai representasi sosok manusia, boneka dipercaya mudah untuk 'dihuni' atau dijadikan perantara. Salah satu ritual paling terkenal dari Jepang adalah Hitori Kakurenbo, atau 'permainan petak umpet sendirian', yang menggunakan boneka sebagai media. Ritual ini dianggap sangat berbahaya karena tujuannya adalah mengundang roh untuk bermain, sebuah tindakan yang bisa berakhir dengan teror.

Selain boneka, benda-benda personal milik orang yang telah meninggal juga sering digunakan. Foto, perhiasan, atau pakaian diyakini masih menyimpan energi residual dari pemiliknya, menjadikannya media pemanggil arwah yang kuat untuk memanggil roh spesifik.

Papan Komunikasi Ouija

Papan Ouija mungkin adalah media pemanggil arwah paling ikonik di dunia.

Terdiri dari papan bertuliskan huruf, angka, dan kata-kata sederhana seperti 'YA', 'TIDAK', dan 'SELAMAT TINGGAL', serta sebuah planchette (penunjuk berbentuk hati), Ouija menawarkan metode komunikasi yang tampak langsung. Para peserta meletakkan jari mereka di atas planchette dan mengajukan pertanyaan, lalu planchette akan bergerak mengeja jawabannya.

Meskipun dipasarkan sebagai permainan oleh perusahaan mainan Hasbro, banyak yang meyakini papan ini adalah portal berbahaya. Para skeptis berpendapat bahwa gerakan planchette disebabkan oleh efek ideomotor, yaitu gerakan otot tak sadar dari para peserta. Namun, bagi mereka yang percaya, gerakan itu adalah bukti nyata kehadiran entitas dari dunia lain.

Popularitasnya menjadikan Ouija sebagai gerbang utama bagi banyak orang yang penasaran dengan cara memanggil arwah.

Jelangkung Warisan Nusantara yang Melegenda

Di Indonesia, jauh sebelum Ouija populer, kita sudah memiliki Jelangkung. Permainan mistis ini menggunakan boneka sederhana yang terbuat dari batok kelapa sebagai kepala dan batang kayu sebagai badan, sering kali didandani dengan pakaian seadanya.

Media utamanya adalah gayung air yang terbuat dari tempurung kelapa, yang diikatkan pada sebuah alat tulis.

Para pemain akan memegang boneka Jelangkung bersama-sama sambil mengucapkan mantra pemanggil arwah yang khas: "Jelangkung, jelangkung, di sini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulang tak diantar." Jika ritual berhasil, boneka akan terasa berat dan alat tulis akan mulai mencoret-coret jawaban di atas kertas.

Jelangkung bukan hanya sekadar permainan, tetapi juga telah diakui sebagai bagian dari tradisi lisan dan ekspresi budaya, seperti yang tercatat dalam data Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kemendikbud. Ini menunjukkan betapa dalam praktik semacam ini tertanam dalam budaya lokal, menjadikannya salah satu cara memanggil arwah yang paling otentik di Nusantara.

Elemen Alam dan Simbolisme

Selain benda-benda spesifik, elemen lain juga sering digunakan dalam ritual pemanggilan arwah. Lilin tidak hanya berfungsi sebagai penerangan, tetapi apinya diyakini sebagai suar yang menarik perhatian roh. Dupa atau kemenyan dibakar untuk membersihkan ruang dan aromanya dipercaya disukai oleh entitas gaib.

Cermin sering dihindari karena dianggap bisa menjadi portal, sementara semangkuk air kadang digunakan sebagai media 'scrying' untuk melihat penampakan. Semua elemen ini menambah lapisan simbolisme dan kesakralan pada sebuah ritual pemanggilan arwah.

Mantra Pemanggil Arwah Bukan Sekadar Rangkaian Kata

Jika media adalah teleponnya, maka mantra adalah nomor yang dituju.

Sebuah mantra pemanggil arwah dipercaya bukan hanya sekadar kalimat, melainkan getaran energi yang difokuskan untuk membuka gerbang ke dunia lain. Kekuatan sebuah mantra tidak terletak pada kata-katanya saja, tetapi pada niat, keyakinan, dan emosi orang yang mengucapkannya. Dalam banyak tradisi, mantra pemanggil arwah harus diucapkan dengan presisi, intonasi, dan dalam kondisi pikiran tertentu agar efektif.

Struktur sebuah mantra biasanya terdiri dari tiga bagian utama. Pertama adalah invokasi, yaitu panggilan atau undangan resmi kepada roh yang dituju. Bagian ini sering kali menyertakan nama roh (jika diketahui) dan permohonan agar ia hadir. Kedua adalah pertanyaan atau tujuan, di mana praktisi menyampaikan maksud dari ritual pemanggilan arwah tersebut.

Ketiga, dan yang paling krusial, adalah pemecatan atau penutupan. Ini adalah bagian di mana roh yang datang diminta dengan hormat untuk kembali ke alamnya dan gerbang yang dibuka ditutup kembali. Banyak cerita horor tentang risiko pemanggilan arwah berawal dari kegagalan melakukan bagian ketiga ini dengan benar.

Peran Sang Medium Menjadi 'Wasith' atau Perantara

Tidak semua orang diyakini bisa berhasil melakukan ritual pemanggilan arwah. Dalam banyak kepercayaan, dibutuhkan seseorang dengan kepekaan khusus yang disebut medium atau 'wasith' (perantara). Orang ini bertindak sebagai wadah atau saluran bagi roh untuk berkomunikasi, baik melalui suara (trance speaking) maupun tulisan (automatic writing).

Menurut beberapa praktisi spiritual, seorang medium yang baik adalah mereka yang bisa mengosongkan pikiran dan membiarkan energinya digunakan oleh entitas lain. Menariknya, ada pandangan bahwa orang yang paling mudah menjadi medium adalah mereka yang sebelumnya pernah mengalami kerasukan jin atau entitas lain.

Teori ini menyebutkan bahwa 'pintu' dalam diri mereka sudah pernah terbuka, sehingga lebih mudah bagi entitas lain untuk masuk kembali. Ini menjadikan peran medium sangat berisiko, karena mereka menempatkan jiwa dan raga mereka sebagai jaminan dalam sebuah cara memanggil arwah yang sangat personal dan intens. Tanpa perlindungan dan kendali yang kuat, seorang medium bisa kehilangan kontrol atas dirinya sendiri.

Risiko Pemanggilan Arwah Konsekuensi Mengusik yang Tak Terlihat

Di balik rasa penasaran dan sensasi menegangkan, terdapat risiko pemanggilan arwah yang nyata dan sering diabaikan. Konsekuensi ini tidak hanya bersifat supranatural, tetapi juga sangat memengaruhi kondisi psikologis seseorang.

Gangguan Psikologis dan Emosional

Ini adalah risiko yang paling dapat diverifikasi secara ilmiah.

Melakukan ritual pemanggilan arwah, bahkan sebagai permainan, dapat memicu stres, kecemasan, dan paranoia yang hebat. Pikiran manusia sangat rentan terhadap sugesti, terutama dalam kondisi tegang dan gelap. Otak bisa mulai menciptakan ilusi, seperti mendengar bisikan atau melihat bayangan (pareidolia). Pengalaman yang intens dapat menyebabkan trauma, gangguan tidur, atau bahkan memicu kondisi psikologis yang lebih serius pada individu yang rentan.

Psikologi menjelaskan bahwa keyakinan pada hal paranormal sering kali berakar pada kebutuhan manusia untuk menemukan pola dan makna, tetapi ketika didorong oleh rasa takut, hal itu bisa menjadi destruktif.

Entitas Jahat dan Peniruan

Bagi mereka yang percaya pada dunia gaib, risiko pemanggilan arwah terbesar adalah salah 'sambung'.

Banyak ajaran spiritual dan agama memperingatkan bahwa yang merespons panggilan sering kali bukanlah arwah orang yang kita sayangi, melainkan entitas tingkat rendah atau jin jahat. Entitas ini diyakini ahli dalam meniru suara, kepribadian, dan kenangan orang yang telah meninggal untuk mengelabui dan mendapatkan kepercayaan. Tujuannya adalah untuk menguras energi, menciptakan kekacauan, atau bahkan menempel pada salah satu peserta ritual.

Inilah mengapa banyak yang menganggap ritual pemanggilan arwah sebagai tindakan yang dilarang karena membuka diri terhadap pengaruh setan dan roh jahat.

Keterikatan dan Teror Berkelanjutan

Risiko paling menakutkan adalah ketika 'tamu' yang diundang menolak untuk pulang. Kegagalan menutup ritual dengan benar atau berinteraksi dengan entitas yang sangat kuat dapat menyebabkan keterikatan (attachment).

Fenomena ini digambarkan sebagai awal dari serangkaian teror yang berkelanjutan. Aktivitas poltergeist, penampakan, mimpi buruk, hingga serangan fisik sering dilaporkan sebagai akibatnya. Kisah modern dari praktisi supranatural seperti Om Hao yang menceritakan pengalaman penulisnya didatangi 'pocong gundul' setelah menggali informasi mistis menjadi pengingat bahwa mengusik dunia lain bisa membawa konsekuensi yang nyata dan mengerikan.

Ini adalah manifestasi tertinggi dari risiko pemanggilan arwah yang sering digambarkan dalam budaya populer. Pada akhirnya, daya pikat ritual pemanggilan arwah terletak pada janjinya untuk menjawab pertanyaan terbesar dalam hidup. Entah itu didorong oleh duka, rasa ingin tahu, atau sekadar mencari sensasi, upaya untuk mengintip ke sisi lain akan selalu ada.

Namun, penting untuk mendekati topik ini dengan kepala dingin. Apakah fenomena yang terjadi selama ritual adalah kontak nyata dengan dimensi lain, proyeksi dari alam bawah sadar kita sendiri, atau sekadar permainan sugesti psikologis yang kompleks? Mungkin jawabannya terletak di antara ketiganya.

Legenda urban ini bertahan bukan karena kebenarannya dapat dibuktikan, melainkan karena ia menyentuh ketakutan dan harapan kita yang paling mendasar. Memahami ceritanya adalah satu hal, tetapi mencoba membuktikannya sendiri adalah sebuah pertaruhan di mana kita mungkin tidak pernah benar-benar tahu apa yang menanti di seberang sana.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0