Jangan Pernah Melihat ke Belakang di Malam Itu

Oleh VOXBLICK

Selasa, 14 Oktober 2025 - 01.20 WIB
Jangan Pernah Melihat ke Belakang di Malam Itu
Jangan lihat ke belakang (Foto oleh Isaac Weatherly)

VOXBLICK.COM - Malam itu, udara terasa berat dan lembap. Jalan setapak di desa kecil tempatku tinggal seolah menuntunku ke dalam kegelapan yang semakin pekat. Lampu-lampu rumah sudah padam, hanya suara jangkrik dan gemerisik dedaunan yang menemani langkahku. Aku ingat jelas, dari kecil Ibu selalu berpesan, "Jangan pernah melihat ke belakang di malam hari, apapun yang terjadi." Tapi malam itu, aku terpaksa pulang terlambat karena pekerjaan di kota.

Langkahku semakin cepat, menembus kabut tipis yang turun perlahan. Setiap jejak terdengar jelas di jalanan tanah basah. Tiba-tiba, aku mendengar sesuatulangkah kaki lain, mengikuti, menyesuaikan ritme dengan langkahku. Aku menahan napas.

Rasa dingin merayap dari tengkuk hingga ujung kaki. Larangan Ibu terngiang di benakku, tapi rasa ingin tahu mulai merayapi pikiranku.

Jangan Pernah Melihat ke Belakang di Malam Itu
Jangan Pernah Melihat ke Belakang di Malam Itu (Foto oleh Tnarg)

Langkah yang Mengekor di Kegelapan

Jalanan itu terasa semakin panjang. Aku mempertahankan langkahku, menatap lurus ke depan, mencoba mengabaikan suara langkah-langkah samar yang mengikuti. Tapi semakin kencang aku berjalan, semakin jelas suara itu.

Terkadang, seperti ada yang berbisik di telingakusuara yang asing, parau, dan penuh ancaman.

Saat aku melewati pohon beringin tua di tepi jalan, aroma aneh seperti bau tanah basah bercampur anyir menyesakkan hidungku. Angin malam tiba-tiba berhenti, seolah dunia menahan napas menantikan sesuatu.

Aku menahan diri, mencoba mengingat semua larangan yang pernah Ibu ucapkan:

  • Jangan pernah melihat ke belakang di malam hari.
  • Jangan menjawab jika ada yang memanggil namamu dari belakang.
  • Jangan berhenti, apapun yang terjadi.

Namun, suara langkah itu semakin dekat. Nafasku tercekat. Di sela-sela dedaunan, aku menangkap bayangan hitam melintas cepat. Aku mempercepat langkah, hampir berlari, namun suara itu kini seolah berada tepat di belakangku.

Suara yang Memanggil Namaku

Di tengah kepanikan, aku mendengar suara lirih, memanggil namaku dengan nada yang serak namun jelas, "Raka..." Aku terhuyung, hampir saja menoleh. Tapi aku ingat peringatan Ibu. Aku menutup telinga, terus berjalan.

Suara itu semakin keras, penuh kemarahan, "Raka, lihat ke belakang..."

Jalanan terasa tak berujung, dan rumahku masih beberapa puluh meter lagi. Kakiku gemetar, mataku berair. Aku sadar, satu-satunya pilihan adalah terus maju. Tapi suara itu kini berubah menjadi tawa cekikikan yang memilukan.

Daun-daun bergetar, dan angin berhembus dingin menampar wajahku. Sekejap, seluruh tubuhku membeku. Di sudut mataku, aku menangkap bayangan tangan panjang melambai-lambai, menggapai udara kosong di belakangku.

Godaan untuk Menoleh

Ada dorongan kuat untuk menoleh, hanya sekilas saja, untuk memastikan apa yang selama ini bersembunyi di balik punggungku. Tapi aku menahan diri. Langkahku kini berubah menjadi lari kecil, jantung berdegup liar.

Rumahku sudah terlihat, lampu teras menyala temaram. Tapi suara itu tak kunjung hilang, terus memanggil, semakin putus asa.

Saat aku hampir mencapai pagar rumah, tiba-tiba langkahku terhenti. Ada tangan dingin yang mencengkeram pundakku. Nafasku terhenti. Suara itu berbisik tepat di telingaku, "Hanya butuh satu kali saja..."

Malam yang Tak Pernah Sama

Entah bagaimana, aku berhasil membuka pintu rumah dan membantingnya keras-keras. Ibu menatapku dengan mata cemas, tapi aku tak sanggup berkata apa-apa. Di balik pintu, aku mendengar suara berbisik, "Lain kali, kamu tidak akan seberuntung ini."

Sejak malam itu, aku tak pernah lagi berjalan sendirian di malam hari.

Tapi kadang, saat malam sunyi dan angin berhenti berhembus, aku masih bisa merasakan tatapan tajam dari balik punggungku, menunggu aku lengahmenunggu aku menoleh, walau hanya sekali saja.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0