Ritual Tersembunyi di Balik Dinding Tua Universitasku

Oleh VOXBLICK

Selasa, 14 Oktober 2025 - 03.50 WIB
Ritual Tersembunyi di Balik Dinding Tua Universitasku
Ritual rahasia kampus tua (Foto oleh Quang Nguyen Vinh)

VOXBLICK.COM - Aku masih ingat jelas malam itu udara pekat menusuk kulit, dan di kejauhan, suara burung hantu bersahutan dengan lirih angin yang menyusup lewat celah jendela tua. Universitas ini, dengan dinding-dinding berlumut dan lorong-lorong panjang yang seakan tak berujung, menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang bisa kubayangkan. Tugas yang kuterima malam itu bukanlah sesuatu yang bisa kutolakaku harus memilih jasad untuk sebuah ritual yang hanya dibicarakan dalam bisik-bisik di antara para penghuni lama kampus.

Ada ketakutan yang mengendap di setiap langkahku. Setiap sudut, setiap pintu yang samar terbuka, seolah mengawasi, menantikan. Namaku Rahman, mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Sastra.

Malam itu, aku berjalan sendirian, menelusuri lorong-lorong yang katanya sudah tidak lagi digunakan sejak bertahun-tahun lalu. Namun, bekas tapak kaki di debu dan aroma kemenyan yang samar membuktikan, ada sesuatu yang masih sering terjadi di sana.

Ritual Tersembunyi di Balik Dinding Tua Universitasku
Ritual Tersembunyi di Balik Dinding Tua Universitasku (Foto oleh SHOX art)

Bisikan di Balik Lorong Tua

Aku melangkah perlahan, menahan napas setiap kali papan lantai berderit di bawah kakiku. Di ujung lorong, lampu kuning temaram berayun pelan, seolah mengikuti irama detak jantungku yang semakin tak menentu.

Tiba-tiba, terdengar suarabisikan yang tidak jelas asalnya, mengucapkan namaku dengan nada yang nyaris tidak terdengar.

"Rahman... sudah waktunya."

Jantungku serasa berhenti berdetak. Aku berusaha mencari sumber suara itu, tapi lorong tetap kosong. Hanya pantulan bayanganku sendiri yang menari di dinding berlumut. Aku menelan ludah, meyakinkan diri bahwa semua ini hanyalah imajinasi.

Namun, langkahku terus membawaku ke depanmenuju ruangan yang menjadi pusat dari segala cerita menyeramkan di universitas ini.

Lingkaran Terlarang

Pintu kayu tua terkuak dengan suara nyaring. Di dalam, kulihat beberapa sosok berkerudung hitam berdiri melingkar. Di tengah lingkaran itu, terbujur sebuah jasad dalam kain kafan putih.

Aroma dupa menyengat, dan cahaya lilin menari-nari, menciptakan bayangan aneh di dinding.

  • Salah satu dari mereka menganggukkan kepala padaku, memberi isyarat agar aku mendekat.
  • "Pilihlah," suara itu berat, dingin, dan memerintah.
  • Terdapat dua jasad lain di sudut ruangan, terbungkus rapi. Aku gemetar, mencoba menahan muntah yang mendesak di kerongkongan.

Aku melangkah maju, lututku lemas. Tanganku terulur, menunjuk pada jasad yang di tengah. Tiba-tiba, ruangan menjadi sangat sunyi. Bahkan suara napas pun seolah lenyap ditelan malam.

Para sosok berkerudung itu mulai melantunkan sesuatu dalam bahasa yang tidak kukenali, semakin lama semakin keras, sampai akhirnya seluruh ruangan berguncang.

Dinding-dinding yang Berbisik

Di tengah kekacauan itu, aku melihat sesuatu yang tak bisa kulupakandinding tua universitas mulai retak, seakan ada sesuatu yang ingin keluar dari baliknya.

Dari celah retakan, tangan-tangan kurus dan pucat merayap, mencoba meraih siapa saja yang ada di dekatnya. Aku menjerit, ingin berlari, tapi tubuhku terpaku di tempat. Jasad yang tadi kupilih perlahan bergerak, matanya terbuka, menatap lurus ke arahku.

"Kau... akhirnya datang..." bisik jasad itu, suaranya lirih namun jelas.

  • Suara para pemimpin ritual semakin melengking, dinding-dinding seakan bernafas.
  • Aku melihat bayangan-bayangan lain bermunculan, wajah-wajah yang samar namun terasa sangat familiar.
  • Ruangan semakin gelap, hanya cahaya dari retakan dinding yang tersisa, berpendar merah seperti bara.

Malam yang Tak Berujung

Saat aku mencoba berteriak, tak ada suara yang keluar. Jasad itu terus menatapku, matanya kini dipenuhi air mata hitam yang mengalir deras.

Satu per satu sosok berkerudung lenyap ke dalam gelap, menyisakan aku dan jasad itu dalam lingkaran api yang tiba-tiba menyala di sekeliling kami.

Pikiran terakhirku sebelum semuanya benar-benar menjadi gelap adalah: apakah aku akan keluar dari lingkaran terlarang ini? Atau justru namaku kini menjadi bisikan berikutnya di balik dinding tua universitas yang tak pernah tidur?

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0