Kisah Mahasiswa Abadi UGM yang Tak Pernah Lulus

Oleh Ramones

Rabu, 03 September 2025 - 03.50 WIB
Kisah Mahasiswa Abadi UGM yang Tak Pernah Lulus
Legenda Mahasiswa Abadi UGM (Foto oleh Hongwei FAN di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Malam di lingkungan kampus memiliki auranya sendiri. Saat gedung-gedung perkuliahan yang megah mulai senyap dan lampu koridor menjadi satu-satunya penerang, lahirlah sebuah dunia yang berbeda.

Di antara tumpukan buku dan tenggat tugas, beredar bisikan-bisikan yang diwariskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Ini bukan sekadar gosip, melainkan sebuah folklor urban yang mengakar kuat, sebuah narasi tentang mereka yang tak pernah benar-benar meninggalkan gerbang universitas. Inilah dunia dari cerita mistis kampus, dan di puncaknya bertahta sosok legendaris yang dikenal sebagai mahasiswa abadi.

Sosok ini hadir dalam berbagai nama dan versi di banyak universitas ternama di Indonesia, namun esensinya tetap sama. Ia adalah arwah seorang mahasiswa yang, karena satu dan lain hal, gagal menyelesaikan studinya dan kini terperangkap selamanya di dalam lingkungan akademik. Ia bisa menjadi penolong yang memberikan bocoran ujian, atau justru menjadi teror yang mengingatkan akan sisi tergelap dari ambisi.

Dari sekian banyak kisah, tidak ada yang lebih ikonik dan bertahan lama selain legenda Mbak Yayuk, sang mahasiswa abadi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Kisahnya bukan lagi sekadar hantu kampus Indonesia, melainkan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan pengalaman kolektif para mahasiswanya.

Siapakah Mahasiswa Abadi yang Menghantui Lorong Kampus?

Konsep mahasiswa abadi dalam konteks cerita mistis kampus adalah sebuah arketipe. Ia adalah representasi dari ketakutan terbesar setiap mahasiswa, yaitu kegagalan. Dalam narasi yang paling umum, sosok ini adalah mahasiswa brilian yang berada di ambang kelulusan.

Namun, tragedi menimpanya, sering kali karena tekanan skripsi yang tak kunjung usai, masalah dengan dosen pembimbing, atau patah hati yang mendalam. Tak sanggup menanggung beban, ia mengakhiri hidupnya di salah satu sudut kampus, entah itu di perpustakaan, laboratorium, atau jembatan ikonik. Arwahnya kemudian dikatakan tetap tinggal, mengulang siklus penderitaannya, dan sesekali berinteraksi dengan mahasiswa yang masih hidup.

Di UGM, arketipe ini mengambil wujud spesifik bernama Mbak Yayuk. Sosoknya begitu melegenda hingga namanya seolah menjadi sinonim dengan legenda urban UGM. Cerita tentangnya telah beredar selama puluhan tahun, setiap angkatan baru menerima estafet narasi ini dengan tambahan detail dan bumbu yang membuatnya semakin hidup. Mbak Yayuk bukanlah hantu yang ganas atau menakutkan secara membabi buta.

Justru, daya tarik kisahnya terletak pada ambiguitasnya. Ia bisa menjadi sosok yang membantu, namun kemunculannya selalu meninggalkan jejak dingin yang meresap hingga ke tulang. Kehadirannya menjadi pengingat bahwa di balik citra UGM sebagai kawah candradimuka intelektual, tersimpan pula lapisan cerita yang lebih kelam dan personal.

Keberadaan legenda seperti ini menunjukkan bagaimana sebuah institusi pendidikan tidak hanya membangun gedung dan mencetak sarjana, tetapi juga melahirkan budayanya sendiri, termasuk mitos dan folklornya. Cerita mistis kampus tentang mahasiswa abadi menjadi semacam katarsis kolektif, sebuah cara bagi komunitas akademik untuk memproses tekanan dan kecemasan yang mereka rasakan setiap hari.

Mbak Yayuk, dalam hal ini, adalah simbol abadi dari perjuangan tersebut.

Jejak Legenda Mbak Yayuk di Jantung Kota Pelajar

Kisah Mbak Yayuk berpusat di beberapa lokasi ikonik di dalam kompleks UGM yang luas dan rindang. Episentrum dari legenda urban UGM ini sering kali dikaitkan dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).

Gedung-gedung FEB yang memiliki arsitektur khas dan koridor panjang yang sepi di malam hari menjadi latar yang sempurna untuk sebuah cerita mistis kampus. Mahasiswa yang terpaksa begadang untuk mengerjakan tugas atau belajar untuk ujian sering kali berbagi cerita tentang pengalaman aneh di sekitar fakultas ini.

Salah satu versi cerita yang paling populer adalah tentang seorang mahasiswa yang sedang kesulitan dengan skripsinya. Di tengah malam buta di perpustakaan atau ruang baca, ia didatangi oleh seorang mahasiswi berpenampilan rapi dan ramah yang memperkenalkan diri sebagai Yayuk. Mbak Yayuk menawarkan bantuan, memberikan referensi buku yang sulit ditemukan, bahkan menunjukkan kesalahan dalam penulisan skripsi.

Bantuan itu terasa seperti anugerah, hingga sang mahasiswa menyadari keanehan. Mbak Yayuk tahu terlalu banyak, pengetahuannya terasa berasal dari era yang berbeda, dan ia tidak pernah terlihat di siang hari.

Puncak kengerian terjadi ketika sang mahasiswa mencoba berterima kasih dan mencari tahu lebih banyak tentangnya, hanya untuk menemukan bahwa tidak ada mahasiswa terdaftar dengan nama itu, atau lebih buruk lagi, menemukan sebuah foto wisuda lama dengan wajah yang sama persis, dengan catatan kelulusan yang tidak pernah ada.

Jembatan Perawan dan Penampakan di Malam Hari

Lokasi lain yang sangat lekat dengan legenda mahasiswa abadi ini adalah jembatan penghubung di area FEB, yang oleh mahasiswa sering disebut sebagai "Jembatan Perawan" atau "Jembatan FEB". Konon, di sinilah Mbak Yayuk mengakhiri hidupnya. Cerita yang beredar menyebutkan bahwa ia melompat dari jembatan tersebut setelah skripsinya ditolak berkali-kali oleh dosen pembimbingnya.

Sejak saat itu, jembatan tersebut menjadi salah satu titik paling angker di UGM. Banyak cerita dari mulut ke mulut tentang penampakan di jembatan ini. Pengendara motor yang lewat di tengah malam mengaku pernah merasa boncengannya menjadi lebih berat, dan ketika menoleh melalui kaca spion, mereka melihat sosok wanita dengan wajah pucat.

Versi lain yang lebih dramatis adalah kisah seorang mahasiswa yang menawarkan tumpangan kepada seorang wanita yang berdiri sendirian di dekat jembatan. Wanita itu, yang tak lain adalah Mbak Yayuk, meminta diantar ke sebuah alamat di daerah tertentu. Sepanjang perjalanan, ia diam seribu bahasa.

Setibanya di tujuan, sebuah rumah tua yang tampak kosong, sang mahasiswa menoleh ke belakang dan mendapati boncengannya telah kosong. Keesokan harinya, karena penasaran, ia kembali ke rumah itu dan bertemu dengan seorang penjaga atau penghuni lama yang mengatakan bahwa rumah itu sudah lama kosong sejak putrinya, seorang mahasiswi UGM, meninggal dunia bertahun-tahun yang lalu.

Kisah-kisah ini, meskipun bervariasi, memiliki benang merah yang sama: pertemuan singkat dengan sosok dari dunia lain yang meninggalkan kesan mendalam. Detail seperti alamat rumah, ciri-ciri fisik Mbak Yayuk, hingga pesan terakhir yang ia tinggalkan terus berevolusi, menjadikan legenda urban UGM ini selalu relevan dan menarik untuk diceritakan kembali.

Inilah kekuatan dari sebuah cerita mistis kampus yang efektif, ia beradaptasi dengan zamannya.

Bukan Sekadar Cerita Hantu, Sebuah Cerminan Psikologis Mahasiswa

Jika kita mengesampingkan aspek supranaturalnya sejenak, cerita mistis kampus seperti legenda mahasiswa abadi Mbak Yayuk menawarkan sebuah jendela menarik ke dalam psikologi kolektif mahasiswa. Legenda ini bukan lahir dari ruang hampa.

Ia adalah produk dari lingkungan yang penuh dengan tekanan, kompetisi, dan ekspektasi yang tinggi. Menurut para ahli folklor dan sosiologi, urban legend sering kali berfungsi sebagai katup pengaman sosial, sebuah cara bagi masyarakat untuk menyuarakan ketakutan dan kecemasan yang tidak bisa diungkapkan secara langsung.

Dalam konteks kehidupan mahasiswa, kecemasan tersebut sangat nyata:

  • Tekanan Akademik: Skripsi, tesis, atau disertasi adalah rintangan terakhir yang sering kali menjadi momok menakutkan. Sosok mahasiswa abadi yang gagal karena skripsi adalah personifikasi dari ketakutan akan kegagalan di titik akhir perjuangan.
  • Isolasi dan Kesepian: Kehidupan kampus, terutama bagi mahasiswa perantau, bisa terasa sangat sepi.

    Begadang sendirian di perpustakaan atau kos-kosan dapat memicu perasaan terisolasi. Cerita hantu menjadi semacam "teman" dalam kesendirian itu, sebuah pengingat bahwa ada "orang lain" yang juga terjaga di malam hari, meskipun dalam bentuk yang berbeda.

  • Ketidakpastian Masa Depan: Lulus kuliah tidak serta merta menjamin masa depan yang cerah.

    Persaingan di dunia kerja adalah tekanan lain yang sudah membayangi sejak di bangku kuliah. Sosok yang "abadi" di kampus bisa jadi merupakan simbol dari keengganan atau ketakutan untuk menghadapi dunia nyata di luar gerbang universitas.

Profesor Suwardi Endraswara, seorang ahli kebudayaan Jawa dari Universitas Negeri Yogyakarta, dalam berbagai karyanya sering menjelaskan bagaimana masyarakat Jawa modern masih hidup berdampingan dengan dunia mistis. Narasi seperti hantu kampus Indonesia adalah bentuk adaptasi dari kepercayaan tradisional ke dalam konteks urban dan modern.

Sosok hantu tidak lagi hanya menghuni pohon besar atau kuburan tua, tetapi juga koridor kampus, laboratorium, dan perpustakaan. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan manusia akan cerita untuk menjelaskan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan dan untuk mengatasi kecemasan tetap ada, hanya saja wujud dan latarnya yang berubah.

Dengan demikian, cerita mistis kampus tentang Mbak Yayuk dan mahasiswa abadi lainnya bisa dilihat sebagai sebuah mekanisme pertahanan kolektif. Berbagi cerita seram ini di malam hari menjadi ritual sosial yang mempererat ikatan antar mahasiswa. Ada rasa kebersamaan dalam ketakutan yang sama, sebuah pengakuan diam-diam bahwa "kita semua merasakan tekanan ini".

Varian Legenda di Kampus Lain, Pola yang Sama

Fenomena mahasiswa abadi tidak hanya eksklusif milik UGM. Hampir setiap universitas besar di Indonesia memiliki versi legendanya sendiri, yang membuktikan bahwa ini adalah sebuah pola folklor urban yang universal dalam konteks pendidikan tinggi di Indonesia.

Pola ceritanya sering kali mirip, hanya nama, lokasi, dan detail spesifiknya yang berbeda, disesuaikan dengan sejarah dan geografi kampus masing-masing. Di Universitas Indonesia (UI), misalnya, terkenal dengan berbagai cerita horor di asramanya, mulai dari suara tangisan di malam hari hingga ketukan pintu misterius.

Ada pula legenda hantu wanita bergaun merah di Gedung Rektorat yang ceritanya mirip dengan tragedi personal yang berujung pada arwah penasaran. Di Institut Teknologi Bandung (ITB), ada kisah tentang sosok-sosok aneh yang muncul di laboratorium-laboratorium tua pada malam hari, sering kali dikaitkan dengan mahasiswa yang mengalami kecelakaan saat praktikum.

Di Universitas Kristen Maranatha, Bandung, bahkan ada cerita tentang hantu yang konon memberikan kunci jawaban saat ujian, sebuah varian yang mirip dengan sisi "penolong" dari legenda Mbak Yayuk. Kemiripan pola ini memperkuat argumen bahwa cerita mistis kampus adalah cerminan dari pengalaman yang seragam. Di mana pun kampusnya, mahasiswa menghadapi tantangan yang serupa.

Stres, kompetisi, harapan keluarga, dan ketakutan akan masa depan adalah benang merah yang menyatukan mereka semua. Legenda mahasiswa abadi menjadi wadah universal untuk semua perasaan tersebut. Keberadaan varian-varian ini, seperti yang diulas dalam berbagai artikel populer seperti yang pernah dimuat di laman berita Kumparan, menunjukkan betapa suburnya genre cerita ini di kalangan anak muda terdidik.

Ini membantah anggapan bahwa kepercayaan pada hal supranatural hanya milik masyarakat tradisional.

Membedah Fakta dan Fiksi dalam Cerita Mistis Kampus

Lalu, pertanyaan yang tak terhindarkan muncul: apakah Mbak Yayuk atau para mahasiswa abadi lainnya benar-benar ada? Inilah titik di mana kita harus melangkah dari dunia folklor ke dunia realitas.

Hingga saat ini, tidak pernah ada satu pun bukti faktual yang dapat diverifikasi mengenai keberadaan sosok-sosok ini. Tidak ada catatan resmi dari pihak universitas tentang kasus bunuh diri mahasiswa dengan nama dan kronologi yang persis seperti dalam cerita. Tidak ada laporan berita dari masa lalu yang mengonfirmasi tragedi tersebut.

Semua yang ada adalah cerita dari mulut ke mulut, kesaksian personal yang subjektif, dan pengalaman "katanya". Perlu diingat bahwa cerita-cerita ini hidup di ranah lisan dan belum pernah terverifikasi secara faktual. Keberadaannya lebih sebagai bagian dari kekayaan folklor urban daripada catatan sejarah. Sebagaimana sifat folklor, cerita ini sangat cair dan mudah berubah.

Setiap kali diceritakan ulang, detailnya bisa bertambah atau berkurang. Seorang mahasiswa mungkin menambahkan pengalamannya sendiri atau "mendengar dari teman yang temannya mengalami", yang membuat cerita semakin dramatis dan meyakinkan. Proses ini, dalam studi folklor, dikenal sebagai proses transmisi oral yang membuat sebuah legenda terus hidup dan berevolusi.

Informasi dari sumber seperti Good News From Indonesia seringkali merangkum versi-versi populer dari cerita ini, menyoroti perannya sebagai bagian dari budaya populer mahasiswa. Ketidakakuratan faktual ini sama sekali tidak mengurangi kekuatan atau pentingnya legenda urban UGM ini. Justru sebaliknya, kekuatannya tidak terletak pada kebenarannya, melainkan pada kemampuannya untuk beresonansi dengan emosi dan pengalaman pendengarnya.

Cerita mistis kampus adalah metafora. Mbak Yayuk mungkin tidak nyata sebagai arwah, tetapi tekanan yang ia simbolkan sangatlah nyata. Perasaan terbebani oleh skripsi, ketakutan tidak bisa lulus, dan bayang-bayang kegagalan adalah "hantu" yang sesungguhnya, yang menghantui banyak mahasiswa setiap hari. Pada akhirnya, kisah tentang mahasiswa abadi bukanlah tentang berburu hantu atau membuktikan keberadaan dunia lain.

Ia adalah tentang memahami diri kita sendiri, tentang bagaimana kita sebagai manusia memproses tekanan, ketakutan, dan harapan melalui medium yang paling purba dan kuat, yaitu cerita. Legenda ini akan terus diceritakan, bukan karena orang-orang naif atau percaya takhayul, tetapi karena cerita ini memberikan makna dan konteks pada perjuangan yang mereka hadapi.

Selama ada mahasiswa yang berjuang dengan skripsinya hingga larut malam di sudut kampus yang sepi, maka kisah tentang sosok yang tak pernah lulus akan terus bergema di lorong-lorong itu, abadi seperti namanya.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0