Terjebak di Jalan Tol Gaib: Akhir Perjalanan Sopir Truk Misterius

Oleh VOXBLICK

Senin, 20 Oktober 2025 - 04.40 WIB
Terjebak di Jalan Tol Gaib: Akhir Perjalanan Sopir Truk Misterius
Jalan tol gaib, sopir truk. (Foto oleh Julio Agreda)

VOXBLICK.COM - Malam itu pekat, seperti kain beludru yang dibentangkan di atas langit. Budi, seorang sopir truk yang sudah makan asam garam jalanan, mengemudikan ‘si bongsor’nya melintasi jalan tol Trans-Jawa. Kopi hitam di sampingnya sudah dingin, dan radio hanya memutar lagu-lagu lama yang membosankan. Sudah larut, dan rasa kantuk mulai merayapi kelopak matanya yang lelah. Tujuan berikutnya adalah gudang di Semarang, dan ia berharap bisa tiba sebelum fajar merekah.

Tiba-tiba, di tengah kegelapan yang hanya diterangi lampu sorot truknya, sebuah rambu jalan baru muncul di kejauhan. “Jalan Pintas Menuju Semarang – Jalur Alternatif.” Budi mengerutkan kening.

Ia sudah hapal setiap jengkal jalan tol ini, namun rambu itu terasa asing. Tidak ada di peta digitalnya, tidak pernah ia dengar dari sesama sopir. Namun, janji jalan pintas itu terlalu menggiurkan bagi tubuh yang ingin segera merebahkan diri, dan ia pun mengambil keputusan yang akan mengubah segalanya.

Terjebak di Jalan Tol Gaib: Akhir Perjalanan Sopir Truk Misterius
Terjebak di Jalan Tol Gaib: Akhir Perjalanan Sopir Truk Misterius (Foto oleh Johannes Plenio)

Awal Sebuah Jalan yang Tak Dikenal

Tanpa banyak pikir, Budi membanting setir ke kanan, mengambil jalur yang baru. Jalan itu mulus, terlalu mulus, seolah baru saja diaspal. Tidak ada marka jalan yang jelas, hanya garis putih samar di tepian.

Yang lebih aneh lagi, tidak ada satu pun kendaraan lain yang terlihat, baik di depan maupun di belakang. Suasana sunyi mencekam, hanya suara deru mesin truknya yang memecah kesunyian. Udara terasa dingin, bukan dingin malam biasa, melainkan dingin yang menusuk tulang, seolah-olah ia baru saja melintasi sebuah dimensi lain. Ini adalah awal dari sebuah perjalanan terakhir yang tak terduga.

GPS di ponselnya mulai bermasalah. Sinyal hilang, dan layar hanya menampilkan tulisan "Mencari Sinyal..." berulang kali. Budi mencoba memutar radio, namun yang keluar hanyalah desisan statis yang memekakkan telinga.

Jantungnya mulai berdebar lebih cepat. Ini bukan jalan tol biasa. Ini adalah jalan tol yang tak ada dalam peta, sebuah jalur yang entah mengapa, baru saja ia masuki. Sebuah firasat buruk merayapi benaknya, firasat yang berkata bahwa ia telah melakukan kesalahan besar. Sopir truk misterius itu kini terjebak dalam teka-teki jalanan yang tak masuk akal.

Gerbang Menuju Ketiadaan

Lampu-lampu jalan di sepanjang jalur ini redup, seolah enggan menerangi. Pepohonan di sisi jalan tumbuh lebat, membentuk kanopi gelap yang menelan cahaya bulan. Budi mencoba mencari rambu putar balik atau pintu keluar, namun tidak ada.

Jalan itu membentang lurus di hadapannya, tak berujung, seolah sebuah lorong gelap yang membawanya semakin dalam ke dalam perut malam. Jarum indikator bahan bakar bergerak turun dengan cepat, lebih cepat dari yang seharusnya. Padahal, ia baru saja mengisi penuh tangki sebelum berangkat.

Keringat dingin mulai membasahi punggung Budi. Ia mencoba menghubungi mandornya, atau siapa saja, namun ponselnya tetap mati total. Panik mulai menguasainya.

Ia menginjak pedal gas lebih dalam, berharap bisa segera menemukan ujung dari jalan misterius ini. Namun, semakin cepat ia melaju, semakin panjang pula jalan itu terasa. Terkadang, ia merasa melihat bayangan samar berkelebat di antara pepohonan, atau mendengar bisikan-bisikan halus yang terbawa angin, seolah ada sesuatu yang mengawasinya dari kegelapan. Ia merasa dirinya semakin terjebak di jalan tol gaib ini, tanpa harapan.

Bayangan di Balik Kabut Malam

Tiba-tiba, kabut tebal turun tanpa peringatan, menyelimuti seluruh pandangan. Jarak pandang menjadi kurang dari satu meter. Budi terpaksa mengurangi kecepatan, matanya memicing mencoba menembus tirai putih pekat itu.

Di tengah kabut, ia melihat siluet. Sebuah siluet yang aneh, tinggi dan kurus, berdiri di tepi jalan. Budi mengerem mendadak, jantungnya berpacu seolah ingin melompat keluar dari dada. Apakah itu seseorang yang tersesat? Atau… sesuatu yang lain yang tak terdefinisi?

Siluet itu tidak bergerak. Budi mengamati lebih dekat. Bentuknya tidak seperti manusia. Tidak ada wajah yang jelas, hanya rongga hitam kosong.

Kemudian, perlahan, siluet itu mulai mengangkat lengannya yang panjang dan kurus, menunjuk ke arah depan, ke arah kegelapan tak terbayangkan di balik kabut. Sebuah suara serak, seperti gesekan batu, terdengar samar-samar di telinganya, seolah memanggil namanya, atau mungkin, mengundangnya lebih jauh ke dalam jurang yang tak berdasar. Ini adalah undangan ke perhentian terakhirnya.

Perhentian Terakhir

Budi tidak menunggu lagi. Ia menginjak gas sekuat tenaga. Truknya meraung, mencoba melaju menembus kabut dan siluet menyeramkan itu. Namun, seolah ada kekuatan tak terlihat yang menahannya, kecepatan truknya tidak bertambah.

Malah, perlahan-lahan melambat, seolah mesinnya kehabisan tenaga, atau mungkin, kehabisan keinginan untuk terus berjalan. Lampu depan truk berkedip-kedip, lalu padam sama sekali, meninggalkan Budi dalam kegelapan mutlak, hanya diterangi dashboard yang redup.

Rasa dingin itu semakin pekat, menembus jaket tebalnya. Ia bisa merasakan kehadiran sesuatu di luar sana, sangat dekat, mengelilingi truknya.

Suara bisikan-bisikan itu kini terdengar lebih jelas, seolah berputar-putar di dalam kabin, mengejek, menertawakan pilihan salahnya. Ia mencoba menyalakan mesin lagi, memutar kunci berulang kali, namun truknya tetap diam, membeku di tengah jalan tol gaib ini. Sebuah perjalanan terakhir yang ia ambil, kini telah membawanya ke sebuah tempat yang lebih buruk dari neraka.

Kemudian, di antara bisikan-bisikan itu, sebuah suara yang jauh lebih jelas dan dingin menusuk telinganya, "Selamat datang, Budi. Kau telah tiba di persimpangan. Jalan ini... tak berujung.

" Jendela samping truknya perlahan-lahan berembun dari dalam, membentuk pola-pola aneh. Budi menoleh ke arah kaca spion. Di sana, di pantulan yang buram, ia melihat wajahnya sendiri. Namun, itu bukan wajah Budi yang ia kenal. Matanya kosong, kulitnya pucat pasi, dan di belakangnya, berdiri siluet tinggi kurus itu, tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi runcing. Dan yang lebih mengerikan, di bangku penumpang, duduklah sesosok tubuh yang familiar, tubuh Budi, terikat, dengan mulut terbekap, menatapnya dengan ketakutan yang mendalam. Siapa yang sebenarnya mengemudikan truk ini selama ini? Dan siapa yang kini terjebak di dalam sana, dalam perjalanan menuju kegelapan yang tak terbayangkan?

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0