Teman Bawa Pulang Sesuatu dari Pesta, Kini Aku Merasa Diikuti Hantu

VOXBLICK.COM - Malam itu, jam dinding baru saja berdentang dua belas kali ketika Rina, teman dekatku, akhirnya tiba di rumah. Pesta ulang tahun temannya memang meriah, katanya, tapi ada gurat lelah yang aneh di wajahnya. Tangannya menggenggam erat sebuah kotak kecil berukir kuno, entah hadiah atau cenderamata. “Lihat apa yang kutemukan di meja hadiah yang sudah kosong,” bisiknya sambil tersenyum, “Cantik, kan?” Aku hanya mengangguk, namun entah mengapa, sejak kotak itu melintasi ambang pintu, suasana rumah yang semula hangat dan akrab, kini terasa berbeda. Ada hening yang menekan, seolah udara di sekitar kami mendadak menjadi lebih berat, lebih dingin.
Awalnya, aku berusaha mengabaikannya. Mungkin hanya efek begadang atau sugesti. Tapi keesokan harinya, dan hari-hari setelahnya, sensasi itu semakin menjadi.
Aku mulai merasakan hawa dingin yang menusuk, bukan dinginnya AC atau angin malam, melainkan dingin yang merayap dari dalam, seolah ada mata tak terlihat yang terus mengawasiku dari setiap sudut ruangan. Setiap kali aku sendirian, bulu kudukku berdiri. Bayangan di sudut mata seringkali menipu, seolah ada sosok yang bergerak cepat, menghilang sebelum aku sempat memfokuskan pandangan. Rina tampaknya tidak merasakan apa-apa, atau setidaknya, ia tidak mengatakannya. Ia sibuk dengan kotak barunya, membersihkannya, mengagumi ukiran-ukirannya yang rumit.

Suara bisikan mulai menghantuiku. Bukan bisikan jelas, melainkan desiran samar, seperti helaan napas di dekat telingaku saat aku sedang fokus membaca atau bekerja.
Terkadang, aku bersumpah mendengar namaku dipanggil, pelan, bergetar, dari ruangan kosong. Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa itu hanya imajinasiku yang terlalu liar, hasil dari kurang tidur dan mungkin terlalu banyak menonton film horor. Namun, ketakutan itu nyata. Aku merasa diikuti hantu, langkah demi langkah, bahkan di dalam kamar tidurku sendiri. Pintu yang tertutup seringkali kudapati sedikit terbuka, dan barang-barang kecil berpindah tempat tanpa penjelasan.
Bayangan di Sudut Pandang
Puncaknya terjadi suatu malam ketika aku terbangun karena haus. Jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Aku turun ke dapur dalam kegelapan, hanya mengandalkan cahaya rembulan yang samar dari jendela.
Saat aku menuangkan air, sebuah bayangan hitam pekat melintas di ambang pintu dapur, terlalu cepat untuk bisa kujelaskan. Jantungku berdebar kencang. Aku membeku, menahan napas, berharap itu hanya ilusi. Tapi kemudian, aku mendengar suara. Bukan bisikan, tapi seperti gesekan kuku panjang di lantai kayu, perlahan, mendekat. Aku menoleh, tak ada apa-apa. Namun, hawa dingin yang menusuk itu kini terasa begitu pekat, seolah ada sesuatu yang berdiri tepat di belakangku, menghembuskan napas dingin di tengkukku. Sesuatu yang mengerikan telah ikut masuk, dan saat itu aku tahu, ia tidak hanya mengawasi, ia berinteraksi.
Kehadiran yang Tak Diundang
Keadaan semakin memburuk. Rina mulai menunjukkan tanda-tanda aneh. Ia sering melamun, berbicara sendiri, dan terkadang matanya tampak kosong, seolah jiwanya tidak sepenuhnya ada di sana.
Aku mencoba bertanya, namun ia selalu menjawab dengan senyuman kosong, “Aku baik-baik saja, kenapa?” Kotak kuno itu selalu berada di dekatnya, di meja samping tempat tidur, di meja makan. Aku mulai curiga kotak itulah biang keladinya. Tapi bagaimana bisa aku mengatakannya tanpa terdengar gila? Aku merasa terisolasi dalam ketakutanku, merasa seperti satu-satunya yang menyadari bahwa rumah kami kini telah dihuni oleh sesuatu yang lain.
Malam-malamku kini dipenuhi mimpi buruk yang mengerikan. Aku melihat bayangan hitam besar merangkak di dinding, mengejarku, suaranya menggeram.
Aku sering terbangun dengan keringat dingin, merasakan sentuhan es di kulitku, atau merasakan berat yang menekan dadaku, seolah ada yang duduk di atasku. Aku mencoba berdoa, menyalakan lampu di setiap ruangan, tapi kegelapan seolah punya kehidupannya sendiri, merayap masuk ke celah-celah kecil, mengintai dari balik tirai. Aku yakin, sepenuhnya yakin, bahwa entitas ini tidak hanya mengikutiku, ia menginginkanku. Ia menginginkan sesuatu dariku, atau mungkin, ia menginginkan tempatku.
Cermin dan Bisikan Terakhir
Suatu sore, aku masuk ke kamar mandi dan melihat bayangan di cermin. Bukan bayanganku, melainkan siluet samar di belakangku, tinggi dan kurus, dengan mata merah menyala yang menatapku tajam. Aku berbalik cepat, tapi tidak ada apa-apa.
Hanya pantulan diriku yang pucat dan ketakutan. Saat aku menatap cermin lagi, bayangan itu kembali muncul, kali ini lebih jelas, dan sebuah bisikan menusuk telingaku, “Dia akan segera pergi. Dan kau akan tinggal.”
Pagi ini, Rina tidak ada di tempat tidur. Pintu kamarnya terbuka. Aku memanggil namanya, tapi tidak ada jawaban. Aku menemukan kotak kuno itu tergeletak di lantai, di samping tempat tidurnya, dengan tutupnya terbuka. Kotak itu kosong.
Jantungku mencelos. Aku bergegas mencari Rina ke seluruh rumah, tapi ia tidak ada. Tidak ada jejak, tidak ada pesan. Hanya keheningan yang lebih pekat dari sebelumnya. Rumah ini terasa kosong, namun pada saat yang sama, terasa lebih penuh. Aku kembali ke kamarku, menatap cermin. Bayangan itu kembali. Kali ini, ia tidak lagi di belakangku. Ia berdiri tepat di sampingku, tersenyum tipis, dan bisikannya kini terdengar begitu jelas, begitu dekat, “Selamat datang di rumah barumu. Kita akan bersenang-senang.”
Apa Reaksi Anda?






